OCTOBER 13, 2011 | BY Sigit Kurniawan
Sumber: RadarSukabumi
DetEksi, halaman anak muda, di koran Jawa Pos telah mengantarkan koran besutan Dahlan Iskan menyabet gelar Newspaper of the Year dari World Young Reader Prize 2011. Penghargaan ini diterima oleh Direktur Utama Jawa Pos Azrul Ananda di Wina, Rabu (12/1/2011).
Kehadiran DetEksi memang fenomenal. Kolom anak muda ini hadir dengan mengembuskan kesegaran baru bagi Jawa Pos yang sebelumnya lebih terkesan sebagai koran untuk pembaca dewasa sekaligus Islami. Sejarah kehadiran DetEksi pun unik dan penuh kesengajaan. Orang di balik hadirnya kolom anak muda ini adalah Azrul Ananda yang tak lain adalah anak semata wayang Dahlan Iskan—sekarang Dirut PLN— yang sekarang menjabat sebagai dirut. Ia bergabung dengan Jawa Pos pada tahun 2000 dan kemudian lahirlah DeteEksi.
Azrul yang akrab disapa dengan sapaan “Ulik” itu mendirikan DetEksi. Di tangan lulusan pemasaran California State University itu, DetEksi dalam waktu singkat digandrungi anak muda dan sontak mengubah citra Jawa Pos menjadi lebih muda. Azrul menilai Jawa Pos terlalu banyak tulisan serius dan kental berita politiknya. Saat menjabat sebagai Pemred Jawa Pos, anak muda kelahiran Samarinda pada 4 Juli 1977 itu mampu membawa koran ini makin diminati pembaca dengan jangkauan ekspansi distribusi yang lebih luas. Bahkan, DetEksi diklaim sebagai kolom anak muda pertama di koran Indonesia.
Kolom anak muda ini digawangi oleh dari dan untuk orang muda. Darah muda Azrul juga mengalir dalam kolom-kolom Jawa Pos. Bahkan, boleh dibilang, halaman anak muda ini menjadi tempat dirinya mengekspresikan jiwa mudanya. Apa yang menjadi kebutuhan dan kesenangannya sebagai anak muda ia terjemahkan dalam rubrikasi.
Azrul pun tidak hanya menyuguhkan sajian menghibur dan populer anak muda dalam bentuk tulisan dan grafis. DetEksi melakukan brand activation dengan menggelar lomba majalah dinding (mading) yang dikenal dengan DetEksi Mading Championship—sekarang dikenal DetEksi Convention—yang dimulai pertama kali pada 13-15 Oktober. Target lomba ini adalah komunitas pelajar. Dari sinilah, DetEksi semakin digandrungi oleh anak muda. Anak muda yang doyan membaca, inilah yang menjadi salah satu impian Azrul saat membuka kolom muda tersebut.
Olahraga juga dijadikan sarana. Azrul memang doyan olahraga, khususnya bola dan menjadi pebulu tangkis andal. Pada tahun 1993-1994, Azrul ikut dalam pertukaran pelajar di Ellinwood High School di Kansas. Di sini, ia ikut mengerjakan koran sekolah. Di koran sekolah ini, ia memilih sebagai fotografer tim basket. Dari sini, ia mulai mengenal dn belajar basket. Pada tahun 2004, Azrul membuat brand activity DetEksi berupa kompetisi basket tingkat SMA di Surabaya. Respons anak muda cukup besar. Inilah yang menjadi cikal bakal DBL—Development Baskell Leaque (DBL)—yang tenar saat ini.
Dalam buku terbitan MarkPlus berjudul Anxieties Desires (2010), salah satu kebutuhan anak muda adalah olahraga. Di balik olah raga, ada kebutuhan lebih mendasar yakni kebebasan berekspresi. Dan, tampaknya, Azrul sebagai orang muda yang doyan olahraga sukses menghadirkan sesuatu yang juga dicari oleh banyak anak muda. Boleh dibilang pada tahap ini, Azrul mampu menangkap anxiety-desire anak muda. Dan, DetEksi pun sukses mendeteksinya dan meresponsnya dalam kolom bacaan tersebut.
Bahkan, usai sukses dengan DetEksi, Jawa Pos membuat halaman For Her yang membidik komunitas perempuan muda urban dan Life Begin at 50 yang membidik komunitas dewasa matang.
Passionnya pada anak muda mengantarkan Jawa Pos menyabet penghargaan dunia World Young Reader Prize 2011. Mengalahkan kampiun-kampiun surat kabar dunia, seperti The Hindu asal India, Wall Streat Journal dan Chicago Tribune asal Amerika Serikat, dan Yomiuri Shimbun dari Jepang.
sumber: http://the-marketeers.com