Untuk Menggapai Sukses Diperlukan Proses

Untuk Menggapai Sukses Diperlukan Proses
Dua tahun berturut-turut saya asyik belajar aplikasi pendidikan progresif dari kompetisi bola basket pelajar SMA bernama Honda DBL. Bukan karena pembuat liga ini seorang Azrul Ananda, seorang teman lama yang penggila bola basket, balap Formula 1, dan sekarang lagi keranjingan bersepeda. Namun, saya melihat beberapa konsep pendidikan diaplikasikan dengan nyata, konsisten, dan disiplin di DBL Jakarta khususnya.

Peraturan DBL 2013 tegas mengatakan, pemain pindahan tidak boleh bermain. Yang pernah tinggal kelas, jangan coba-coba mendaftarkan diri. Sebab, dilarang keras siswa tak naik kelas bermain di DBL. Pelajar yang mendapatkan benefit dari kemampuan bermain basket dilarang keras. Beasiswa pendidikan dengan nilai maksimum Rp 5 juta/tahun, masih diizinkan.

Dalam koridor pendidikan, apa yang dilakukan DBL dengan menerapkan disiplin ketat akan memberikan pengalaman sangat dalam kepada para peserta. Para peserta juga diajari mendapatkan privilese sekaligus konsekuensi. Tim putra favorit, SMA 36, harus merasakan konsekuensi setelah mereka harus kalah WO karena jumlah pelatih mereka tidak memenuhi persyaratan panitia, meski pemain sudah hadir di lapangan!

John Dewey, seorang pakar pendidikan progresif, berpendapat bahwa pendidikan itu sebisa mungkin memberi kesempatan untuk belajar secara perorangan. Dewey juga mengatakan bahwa pendidikan progresif itu juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lewat pengalaman (learning from experience). Pengalaman itu bisa yang menyenangkan, atau yang pahit sekalipun.

Bicara masalah pengalaman, saya teringat pada sebuah buku yang ditulis seorang Doktor pendidikan dari Thailand, Dr. Rung Kaewdang. Rung menulis buku “Belajar dari Monyet”/Learning from Monkeys (Khruu Somporn Kon Son Ling). Dr. Rung menawarkan merevolusi pendidikan di Thailand dengan belajar dari Khruu (guru) Somporn, anak petani yang hanya mengenyam pendidikan rendah, dan mengajar di Akademi Pelatihan Monyet. Meskipun Khruu Somporn berpendidikan rendah, oleh Dr. Rung prestasinya bisa disejajarkan dengan salah satu tokoh pendidikan di Thailand yang memiliki sederet gelar.

Dr Rung dalam pendahuluan buku itu menulis “Saya sangat terkesan dengan metodologi dan prinsip-prinsip psikologi yang digunakan Khruu Somporn. Meskipun saya pribadi sudah meraih gelar doktor dalam bidang pendidikan dan mempunyai pengalaman mengajar yang luas, saya merasa tidak dapat
dibandingkan dengan dia dalam cara mengajar siswa-siswanya.”

Khruu Somporn mendidik monyet-monyet liar agar bisa menjadi mitra yang andal para petani di Thailand Selatan dalam memetik kelapa. Kelapa adalah salah satu komoditas pertanian andalan Thailand. Perlu kecepatan dan kemampuan sortasi yang tepat saat di atas pohon untuk menentukan sebuah kelapa sudah tua dan siap dimanfaatkan.

Manusia memang memiliki kemampuan memilih kelapa yang sudah matang. Namun, untuk memanjat ribuan pohon di areal yang sangat luas, hampir mustahil mengandalkan tenaga manusia. Beberapa hal yang mengesankan bagi Dr. Rung pada Khruu Somporn antara lain:

1. Khruu Somporn tak pernah menolak calon siswa. Ia pun tidak pernah mengeluarkan siswa dari sekolah. Somporn menerima murid tanpa test, dan tidak ada ujian.

2. Karena Khruu Somporn pengikut Buddha yang taat, pengajarannya didasarkan pada rasa kasih sayang. Teknik-teknik mengajarnya sangat dipengaruhi oleh pemikiran pengikut Buddha.

3. Khruu Somporn mengajar sambil bermain dan belajar dalam suasana yang menyenangkan. Dia mengajar menggunakan hati dalam menjalin komunikasi dan menjalin kepercayaan dengan para murid.

4. Khruu Somporn membangun kurikulum berdasarkan kebutuhan hidup dan kerja para siswa. Hakikat dari kurikulumnya adalah mampu menjawab hal-hal yang berkaitan dengan perilaku maupun moral.

Kalimat yang sering disampaikan oleh Dr. Rung adalah “Kalau monyet saja bisa, kenapa anak-anak kita tidak?” Ya, monyet liar ternyata bisa dididik menjadi pemetik kelapa, memilih yang layak dipetik, dan bukan sekadar mengumpulkan dan mengangkut kelapa.

Dipaksa Disiplin
Lewat aturan yang keras, DBL sukses memberikan pendidikan progresif kepada setiap peserta. Reward yang diberikan memang luar biasa. Harkat dan kebanggaan pebasket SMA diangkat sedemikian tinggi lewat kemasan pertandingan yang wah dan impian ke Amerika Serikat maupun Australia jika bisa melewati tahapan yang panjang nan terjal.

Kompetitor event DBL memang banyak. Selain kompetisi antarklub dan antar SMA, turnamen-turnamen yang melibatkan para pelajar itu banyak, khususnya di DKI. Namun, jika ditanya yang manakah paling prestis, mereka sepakat bersuara: DBL.

Bagaimanakah anak-anak itu belajar sehingga di mindset mereka hanya ada satu kata “DBL mindset”? Stella Vosniadou, ahli kognitif, psikologi perkembangan, dan pendidikan, menulis dalam buku “How Children Learn”, beberapa hal cara belajar anak. Ada 12 poin yang ia sebutkan seperti keterlibatan aktif, peranserta/partisipasi sosial, kegiatan yang berarti, hingga ke menciptakan
pelajar yang termotivasi.

Pelajar-pelajar yang termotivasi mudah dikenali karena mereka itu mempunyai keinginan besar untuk meraih tujuan-tujuannya. Mereka pun siap mencurahkan seluruh upaya. Para pelajar itu juga menunjukkan kebulatan tekad dan ketekunan yang sungguh-sungguh. Hal itu akan mempengaruhi jumlah dan kualitas hal-hal yang dipelajari.

Kebetulan, dua tahun berturutan anak saya ikut berkompetisi di DBL Jakarta. Saya merasakan, betapa ia termotivasi untuk bisa berkontribusi tertinggi bagi timnya SMA 3 Teladan. Di final tahun lalu, cedera engkel kiri tak menghalanginya tampil lugas di final melawan SMA 116, dengan hasil juara. Ia meringis kesakitan, saat kakinya saya kompres es di rumah, sambil terus memegangi medali juara, dan dibawa sampai tidur.

Di tahun 2013, kali ini ia cedera engkel kanan. Ia tak bisa tidur sampai subuh karena gagal membawa SMA 3 ke babak berikutnya. Bekas air mata masih nampak, selain bengkak di engkel kanan, saat saya mengelus keningnya untuk pamit berangkat kerja subuh-subuh. Lima hari kemudian, saat ia diberi kaos sebagai anggota DBL Jakarta First Team 2013, saat saya elus keningnya lagi, ia tidur dengan wajah bahagia dengan kaos itu dilipat rapi di samping kasurnya. Mungkin saja, ia lagi asyik bermimpi pergi Seatle atau Aussie!

Herbert J. Walberg dan Susan J. Paik, dua pakar pendidikan dari UNESCO, mengatakan bahwa memberikan pengalaman hidup adalah praktik-praktik dalam pendidikan yang efektif. Lewat pengajaran langsung, belajar bekerjasama, pendidikan yang adaptif, dan keterlibatan orangtua, anak-anak akan menemukan cara belajar yang mangkus (efektif).
Senin, 15/04/2013 13:25:48

Belajar menjadikan dirinya berguna dan berkontribusi, adalah sisi positif yang diperoleh anak saya dari kompetisi Honda DBL. Pembelajaran seperti itu tidak bisa diperoleh dari kelas reguler manapun. Tanpa ragu-ragu, saya berterima kasih kepada bung Azrul Ananda, Yondang Tubangkit, dan para kru DBL Indonesia, yang begitu konsisten memberikan pelajaran bahwa sukses itu adalah sebuah proses.

Di saat budaya instan, akibat gelontoran era digital yang dahsyat menggulung para pelajar Indonesia, masih ada para pembelajar olahraga berdiri tegak menjaga disiplin dan komitmen. Untuk sukses memang diperlukan proses.

Story provided by DR. Eko Widodo, S.TP., M.M.
*penulis adalah penikmat bola basket; doktor olahraga dari Universitas Negeri Jakarta
sumber : http://www.bolanews.com

Sejarah Jawa Pos

Gowes sambil Bicara Bisnis

JawaPos [Minggu, 1 April 2012]: jawaposgowes

Polygon Gowes CEO 2012 Dekati Sensasi Bermain Golf. SUASANA Ancol Ecopark pada Jumat (30/3) petang tampak berbeda. Puluhan figur dengan wajah yang kerap menjadi sampul majalah-majalah bisnis ”melepaskan jas” kemudian berganti jersey warna hijau lengkap dengan helm dan sarung tangan. Mereka adalah para pemimpin perusahaan (Chief Executive Officer) yang tengah mengikuti Polygon Gowes CEO 2012. 

Tak kurang dari 29 pemimpin perusahaan terkemuka berkumpul di club house yang bernuansa lapangan golf tersebut. Sejumlah nama tenar tampak tak canggung mengendarai Polygon Cozmic CX 2.0. Di antaranya, Deputy Chairman Lippo Group James T. Riady, Direktur Utama Jawa Pos Koran Azrul Ananda, CEO Super brands International Eamonn Sadler, Ketum Kadin Suryo Bambang Sulisto, CEO Ancol Budi Karya Sumadi, CEO Berita Satu Holding Sachin Gopalan, dan Deputi CEO Commercial Smartfriend Djoko Tata Ibrahim.”Kita butuh 2-3 bulan untuk mempersiapkan acara ini. Namanama yang hadir ini cukup sulit untuk diketuk pintunya di kantor. Namun, sekarang justru bisa bertemu di sini dalam suasana yang berbeda,” tutur Direktur Polygon Ronny Liyanto. Setelah dilepas Putri Olahraga Indonesia Offie Dwi Natalia, para CEO langsung mengayuh sepedanya menuju dermaga Ancol. Sambil bersenda-gurau, para petinggi perusahaan tersebut meluncur di jalur pemanasan berupa track paving block sekitar dua kilometer. Setelah dirasa cukup, sejumlah pemandu lantas mengarahkan rombongan masuk ke jalur sepeda yang melingkari-lingkar mengelilingi Ecopark. Jalurnya cukup beragam, mulai jalan rata hingga tanjakan ringan. Sekitar sejam berkeliling dengan bersepeda, perasaan gembira tapak di wajah-wajah segar mereka. ”Saya sudah lama tidak bersepeda. Karena waktu untuk olahraga sangat terbatas, akhirnya pilih berenang. Tapi senang sekarang bisa gowes lagi. Tadi kita berkeliling 5-6 kilometer, tapi tidak terasa karena sambil ngobrol ringan,” ujar James Riady.

Sementara itu, Azrul Ananda menilai ide mengumpulkan para pebisnis untuk bersepeda tergolong unik. Biasanya, sesama pengusaha harus bertemu dalam suasana formal, minimal harus main golf kalau menginginkan suasana yang lebih santai. Kali ini, para pengusaha justru dipertemukan dalam suasana yang lebih santai, berolahraga sepeda, namun dalam lingkungan yang mendekati sensasi bermain golf. ”Ini acara unik. Biasanya kita ketemu harus formal pakai jas, tapi di sini kita bisa ketemu pakai baju santai,” terang Azrul.

Usai bersepeda, para pemimpin perusahaan dari berbagai industri tersebut berkumpul dalam forum business sharing. Mereka membahas prospek ekonomi Indonesia sepuluh tahun ke depan. Dalam pertemuan tersebut, mereka sepakat masa depan ekonomi Indonesia menjanjikan untuk pengembangan bisnis. Selain faktor jumlah penduduk yang semakin besar, rasio produktivitas pekerja yang meningkat, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diprediksi stabil di kisaran 6-7 persen.(bay/fat)

Logo Nomor 1 Baru untuk 2011

 Monday, 17 January 2011 07:17 WIB

                   EMPAT KALI. Jorge Lorenzo, Azrul Ananda dan Ellen Tansil usai wawancara ekslusif di Hotel Marriot Surabaya, kemarin (16/1). 

EMPAT KALI. Jorge Lorenzo, Azrul Ananda dan Ellen Tansil usai wawancara ekslusif di Hotel Marriot Surabaya, kemarin (16/1).

Jorge Lorenzo sudah empat kali ini datang di Indonesia. Namun, kali ini dia jadi ‘atraksi utama,’ sebagai seorang juara dunia. Bagaimana rasanya? Seperti apa MotoGP 2011 dan 2012 nanti?

Berikut petikan wawancara khusus Azrul Ananda dengan pembalap Spanyol tersebut di Surabaya kemarin (16/1).

Kesempatan eksklusif ini terwujud berkat Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) dan Surya Timur Sakti Jatim (STSJ), yang mendatangkan sang world champion ke Indonesia.

Selamat datang lagi di Indonesia. Sudah empat kali Anda datang ke sini, jadi Anda tentu sudah familiar dengan segalanya. Seperti apa rasanya kunjungan ini sejauh ini?
Ini memang sudah kali keempat saya ke Indonesia. Saya selalu merasa nyaman, merasa senang berada di sini. Karena ini negara yang sangat indah, banyak hijaunya, dan orang-orangnya selalu tersenyum. Memberi kita feeling yang sangat baik.
Rasanya saya seperti lebih terkenal di sini daripada di Spanyol. Itu sulit dipercaya!
Benar lebih terkenal? Apakah ada negara lain di mana Anda merasa sama terkenalnya dengan di Spanyol? Selain Indonesia?

Mungkin Spanyol tetap negara tempat saya paling terkenal. Di sini (Indonesia) yang kedua. Lalu negara seperti Italia dan Inggris setelah itu. Yang jelas, sulit dipercaya betapa besar passion orang di sini untuk MotoGP.

Anda sudah mengunjungi sejumlah kota di Indonesia, tapi ini kali pertama di Surabaya. Apa pendapat Anda sejauh ini?

Well, saya mendarat langsung datang ke hotel ini (tempat wawancara kemarin, red), jadi saya belum sempat lihat-lihat kota. Tapi saya sudah diberi informasi, dan saya belajar sedikit tentang kota ini. Saya diberi tahu ini kota terbesar kedua. Enam juta penduduknya?
Surabaya dan sekitarnya hampir sembilan juta.
Sembilan juta? Jadi ini hampir empat kali lipat Barcelona (Spanyol, red) tempat saya tinggal.
Kalau begitu Anda bisa lebih punya banyak penggemar di sini daripada di Barcelona.
Ya, saya rasa begitu!

Ini kali pertama Anda datang ke sini sebagai juara dunia. Sebelumnya, Valentino Rossi biasanya juga ke sini. Jadi, baru tahun ini Anda datang sebagai atraksi utama. Bagaimana rasanya datang sebagai atraksi utama?

Well, selalu senangnya datang sebagai bintang untuk merek legendaris seperti Yamaha. Valentino (Rossi) bagi saya selalu seperti cerita besar. Karena ketika masuk MotoGP, saya hampir tidak tahu apa-apa. Jadi bersaing dengan dia, dan ketika sebelum masuk MotoGP banyak menonton balapannya, saya banyak belajar dari dia. Dan saya terus belajar, karena dia tahu begitu banyak hal.
Saya selalu ingin belajar dari pembalap lain, karena pembalap lain memiliki sesuatu yang tidak kita miliki.

You know, datang ke sini sebagai atraksi utama untuk number one brand seperti Yamaha memberi kepuasan tersendiri. Saya bangga bisa merasakannya.
Sekarang mari bicara MotoGP. Tahun lalu Anda juara dunia, meraup begitu banyak poin (387 poin, red). Tapi, sejumlah orang bilang Anda mendapat sedikit bantuan, karena Valentino cedera, lalu Dani Pedrosa cedera, dan Casey Stoner tidak maksimal. Bagaimana pendapat Anda tentang itu, dan apa menurut Anda yang akan berubah di 2011?

Normal kalau ada orang yang masih bicara seperti itu. Normalnya, orang-orang yang bicara seperti itu adalah penggemar Valentino atau penggemar Pedrosa. Normal bila orang-orang itu selalu mencari-cari alasan supaya bisa bilang kalau saya tidak layak mendapatkan gelar.

Tapi ingat, 2009 adalah tahun kedua saya di MotoGP, tahun pertama memakai ban Bridgestone, dan saya mampu bersaing dengan Valentino untuk memperebutkan gelar.
Pada 2010 saya pikir kami lebih siap. Kami lebih punya keunggulan. Jadi ketika Valentino mengalami kecelakaannya, kami sudah memimpin cukup jauh di klasemen. Dan ketika Dani (Pedrosa) mengalami kecelakaan karena masalah motor, saya sudah memimpin klasemen sebanyak 50 poin.

Jadi, kecelakaan-kecelakaan (pesaing) itu mungkin membantu kami merebut gelar juara dunia. Tapi tanpa kecelakaan-kecelakaan itu pun saya yakin masih akan menjadi juara dunia.

Anda sangat percaya diri?
Bukan, ini bukan sekadar percaya diri. Saya pikir memang begitu. Mungkin saja berbeda, karena kita tidak akan bisa memprediksi masa depan. Tapi saya rasa begitu.
Bagaimana menurut Anda tentang 2011. Siapa yang menurut Anda bakal menjadi ancaman utama. Casey Stoner dengan motor barunya (Honda, red) atau Valentino Rossi dengan motor barunya (Ducati, red)?

Saya pikir kami layak menjadi juara dunia 2010. Tapi 2011 adalah dunia yang berbeda. Akan ada kejuaraan baru dan semua orang akan mengawalinya dengan poin nol. Jadi tak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Karena masa depan adalah masa depan. Tidak ada yang tahu akan seperti apa.
Kita akan mencoba memberikan yang terbaik. Yamaha akan mencoba untuk membuat motor lebih baik, saya akan mencoba untuk meng-improve cara membalap saya, bersama kami akan mencoba memberikan yang maksimal.

Brand dan pembalap lain akan melakukan hal yang sama, jadi (2011) akan menyuguhkan persaingan yang sangat kompetitif. Banyak pembalap bisa bersaing berebut kemenangan.
Mari melihat lebih jauh lagi ke depan, ke 2012. Karena MotoGP akan menggunakan motor 1.000 cc. Anda belum pernah merasakan 1.000 cc, karena ketika Anda masuk MotoGP (pada 2008) regulasinya sudah 800 cc.

Apakah Anda akan mendapatkan disadvantage pada 2012? Karena pada 2012 Anda masih akan membalap untuk Yamaha.
Ya, beberapa orang bilang bahwa pembalap yang datang dari kelas 250 cc ke MotoGP 800 cc mendapat sedikit keuntungan. Karena motor 800 cc butuh dikendarai dengan gaya seperti 250 cc.

Tapi saya pikir, pembalap yang bisa cepat naik 125 cc dan 250 cc juga bisa cepat naik MotoGP. Memang ada bedanya. Motor 125 cc punya tenaga kurang, 250 cc sedikit lebih bertenaga, dan MotoGP jauh lebih bertenaga. Tapi semuanya tetap memakai dua roda dan satu mesin!

Jadi kalau kita bisa cepat naik satu motor, kita bisa cepat naik semua motor.
Apa yang Anda butuhkan lebih baik dari motor Yamaha (YZR M1) untuk bisa kembali menjadi juara pada 2011 dan 2012?

Well, I love my bike. Dan Yamaha adalah motor yang lebih kompetitif dalam tiga tahun terakhir, dan kami mampu merebut triple crown. Bukan hanya gelar juara pembalap, tapi juga konstruktor dan tim.

Tapi brand yang lain bekerja sangat keras, mereka mampu mendekat di setiap lomba, di setiap tahun. Jadi untuk terus mempertahankan posisi sebagai nomor satu kita harus terus bekerja. Lebih keras dan lebih keras.
Saya pikir, satu hal yang harus kami perbaiki adalah power yang dihasilkan mesin. Kami butuh sedikit lebih banyak lagi tenaga.

Sekarang mari bicara soal kelakuan-kelakuan antik Anda di setiap akhir lomba. Anda punya begitu banyak show untuk penggemar. Siapa yang muncul dengan ide-ide itu. Apakah Anda, atau Anda punya tim yang bertemu untuk melakukan sesuatu bila menang?
Ha ha ha. Bagi saya, sangatlah penting untuk melakukan sesuatu yang berbeda setelah setiap kemenangan atau setelah setiap lomba. Kalau kita memenangi sebuah lomba, kita harus merayakannya seperti telah meraih sesuatu yang sangat penting.

Sangatlah sulit untuk memenangi sebuah lomba. Jadi kita harus melakukan sesuatu untuk mengenang lomba tersebut dan mencoba menikmatinya bersama penonton.
Saya mulai melakukan selebrasi (unik) mulai 2007. Berlanjut sampai sekarang. Bagi saya, yang paling saya nikmati adalah balapan di Jerez (Spanyol) pada 2010, saat saya melompat ke dalam danau.

Kadang, idenya muncul begitu saja di kepala saya. Saya harus punya selebrasi, jadi saya harus terus memikirkannya. Kadang orang-orang di sekeliling saya, teman-teman saya, turut bekerja untuk mengembangkan lagi ide-ide itu. Yang paling sulit adalah untuk benar-benar mewujudkannya.

Anda punya ciri khas bendera Lorenzo’s Land (ditancapkan setelah meraih kemenangan di satu tempat, menandai penaklukkan suatu wilayah, red). Apa yang terjadi kalau Anda sudah meraih kemenangan di semua sirkuit yang ada di dunia. Setelah itu apa? Apakah Anda akan punya filosofi baru atau ide baru? Bendera yang berbeda?
Anda tahu kan, ketika kita berhasil menaklukkan sebuah negara (dalam sebuah lomba), kita hanya menikmatinya untuk dua pekan. Setelah itu kita tidak memilikinya lagi, dan harus menaklukkannya lagi di tahun berikutnya.

Baik, ini pertanyaan terakhir saya, setelah itu ada dua lagi pertanyaan dari penggemar (yang menitipkan pertanyaan via JTV, red). Pertanyaan terakhir saya: Apakah Anda akan membalap di tahun 2011 memakai nomor 1 (tanda juara dunia, red), atau tetap memakai nomor 99?
Seratus persen akan membalap pakai nomor 1.
(Lanjutan). Seperti apa nomor satunya? Desainnya? Karena nomor 99 Anda didesain merah dan putih (satu setan, satu malaikat).

Saya tidak bisa menjelaskannya. Karena dalam satu pekan atau lebih sedikit, kami akan meluncurkan (desain) nomor 1 itu. Dalam satu pekan atau lebih itu kita akan melihatnya.
(Desain) itu sangat spesial, sangat beda. Ada kaitannya dengan nama saya. Dengan “Jorge Lorenzo.” Jadi Anda akan lihat nanti.

OK, sekarang dua titipan pertanyaan dari pemirsa JTV. Yang pertama dari Sigit di Madiun. Pertanyaannya, kalau Anda menghadapi lomba di lintasan basah (hujan). Apa tantangan utama yang harus Anda atasi sebelum start?

Yang paling utama adalah rasa takut. Karena kita tahu kondisi permukaan sangatlah berbahaya. Kita harus sangat smooth. Karena kalau kita agresif maka motor akan banyak bergerak dan kita akan celaka dengan mudah.

Jadi, pertama-tama kita harus melepaskan rasa takut. Hanya berpikir untuk menikmati mengendarai motor. Harus sangat hati-hati, harus sangat konsentrasi. Lalu mencoba mengambil line (jalur, red) yang sama di setiap tikungan. Karena kalau kita membuat kesalahan di satu jalur atau satu tikungan, kita akan celaka dengan mudah.
Balapan di sirkuit basah itu seperti art (seni, red).

Pertanyaan terakhir ini dari Hadi di Kediri. Kalau Anda di Indonesia untuk balapan. Kalau Anda ikut road race di Indonesia menggunakan motor-motor jalanan yang ada di Indonesia. Apakah Anda merasa bisa akan menang seperti di MotoGP?
Saya yakin pasti akan finis paling belakang! Karena mereka di sini crazy!

(Kalau balapan) mereka pasti punya lebih banyak pengalaman dari saya. Kalau saya hanya punya dua atau tiga hari persiapan, saya pasti tidak kompetitif.
Mereka pasti akan crazy dan selalu membalap seratus persen! Mungkin mereka semua akan mengalahkan saya, atau mereka semua kecelakaan dan memberi saya kemenangan! (*)

sumber : http://radarcirebon.com

Dikuasai Pembalap Luar Banyuwangi

December 10, 2012 

TERDEPAN: Azrul Ananda dari SRBC (tiga dari kanan) memimpin laps pertama pada kelas eksekutif race di tikungan Jalan Satsuit Tubun Banyuwangi pagi kemarin. (9/12).

BANYUWANGI – Etape terakhir Banyuwangi Tour de’Ijen (BTDI) juga menjadi arena pemungkas bagi gelaran kejuaraan road bike memperebutkan Piala Bupati Banyuwangi 2012 itu. Mempertandingkan tiga kelas, yakni eksekutif race, pemula, dan junior, perlombaan yang digagas Dinas Pemuda dan Olahraga juga tidak kehilangan daya tariknya.

Sejumlah pembalap tam pil ngotot agar dapat berdiri di podium juara. Di kelas eksekutif race misalnya, ada 100 pembalap yang turut ambil bagian di kategori ini. Selain berasal dari Banyuwangi, sederet pembalap dari Jawa Timur lainnya juga tampak. Bahkan Surabaya Road Bike Community (SRBC) diperkuat Direktur PT Jawa Pos Koran sekaligus penggiat olahraga sepeda balap, Azrul Ananda.

Rute yang ditempuh dalam Piala Bupati Banyuwangi 2012 ini tidak berbeda dengan rute yang ditempuh kontestan BTDI. Pada putaran pertama, Azrul Ananda memimpin di barisan terdepan Demikian pula pada laps kedua, putra Menteri Negara BUMN Dahklan Iskan itu juga masih bertahan pada posisi paling depan. Namun sayang, Azrul yang menunggangi sepeda  inarello Dogma warna hitam itu tak kuasa bertahan. Hasilnya, pembalap asal Bali, Agus William, berhasil masuk garis finis terlebih dahulu sekaligus keluar sebagai juara pertama kelas eksekutif.

Disusul berikutnya di posisi kedua Febrianto dan peringkat ketiga Paulus Setia Budi dari SRBC. Sedangkan posisi keempat dan kelima diisi Gatot MJ dari Mustika Denpasar, dan Jalis dari SRBC. Sementara itu, tim lokal Banyuwangi BRCC harus kehilangan seorang pembalapnya, Guntur Priambodo. , lantaran mengalami kecelakaan saat lomba memasuki tikungan lingkar Taman Sri Tanjung di depan Pendapa Shaba Swagatha Blambangan. Pembalap yang juga kepala Dinas PU Pengairan Banyuwangi itu pun terpaksa dilarikan ke rumah sakit terdekat. Meski demikian, balapan tetap dilanjutkan.

Di kategori kelas junior, Mohamad Ichwanul Arifin dari BRT menjadi yang tercepat. Di posisi kedua di tempati Wardoni Sapytra dari ISSI Probolinggo. Sedangkan di posisi ketiga dan keempat di tempati Akhmad Rizal Julianzah dan Rahmad Aditia keduanya dari Dallas Racing Team Surabaya. Sedangkan di posisi kelima di tempati Jahid Abi Ropi dari Mutiara Jembrana. Sementara di kelas pemula, Fajar Surya dari PPLP Jawa Timur menjadi yang terbaik. (radar)

sumber : http://www.kabarbanyuwangi.info

SBY Diminta Tunjuk Menpora dari Kalangan Profesional

Rabu, 12 Desember 2012 01:32 wib

K. Yudha Wirakusuma –

JAKARTA – Hingga saat ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) belum kunjung menetapkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), setelah Andi Mallarangeng mengundurkan diri beberapa waktu lalu akibat tersangkut kasus dugaan korupsi Hambalang.

Kalangan organisasi kemasyarakatan (Ormas) meminta Presiden SBY segera menetapkan Menpora yang bebas dari kepentingan politik.

“Selayaknya berasal dari kalangan profesional agar semua masalah Pemuda dan Olahraga diselesaikan tanpa muatan politis,” ujar  Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar, KH Ahmad Syadeli Karim, saat dihubungi di Jakarta, Selasa (11/12/2012).

Hal senada diungkapkan oleh aktivis Pemuda Al-Irsyad dan Mercy, Geis Chalifah. Menurutnya, menteri dari kalangan profesional, urusan pemuda dan olahraga tidak direcoki oleh para aktor di panggung politik.

“Kalangan pemuda perlu menteri yang amanah dan profesional,” tegasnya saat dihubungi terpisah

Beberapa nama yang muncul dari kalangan profesional antara lain pengusaha muda Sandiaga Uno, mantan Direktur Utama LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf, dan tokoh basket Azrul Ananda.

Sandiaga dikenal sebagai pengusaha muda pemegang saham mayoritas grup Recapital. Pemilik saham di beberapa perusahaan tambang, perkebunan dan media itu dikenal sebagai sosok yang disegani oleh beberapa kalangan.

Sandiaga juga dikenal sebagai penggemar basket dan olahragawan. Ia sering mengikuti lomba marathon di sejumlah kota di dunia, dan tercatat sebagai salah satu pelari yang membawa obor pada Olimpiade London 2012.

Sedangkan Azrul Ananda adalah penerus estafet grup perusahaan milik Menteri BUMN Dahlan Iskan, baik di bidang media maupun sektor energi. Ananda adalah pencetus kompetisi liga basket untuk kalangan mahasiswa dan pelajar. Azrul Ananda adalah salah satu tokoh penting yang mempopulerkan olahraga basket di Indonesia.

Azrul Ananda yang lahir di Samarinda pada 4 Juli 1977, kini adalah tokoh penting bagi kemajuan olah raga basket sejak dia sekolah di Sacramento. Lewat kecintaannya pada olah raga dan kemajuan generasi muda, dia membangun sebuah liga pelajar dari Surabaya, tempat dia berdomisili setelah pulang dari Sacramento, AS.

Kemudian Liga Basket pelajar SMA itu berkembang ke Malang, Semarang, Jogja, Mataram, Bali, sebagian Kalimantan, Bandung, bahkan sampai Ke Jambi, dengan grand final tetap di Surabaya.

Sementara Mukhlis Yusuf adalah profesional muda yang berhasil mengembangkan LKBN Antara menjadi kantor berita yang independen dan mandiri, baik dari sisi pemberitaan maupun manajemen bisnis. Menurut KH Syadeli Karim, Mukhlis cukup layak menduduki jabatan Menpora lantaran terbukti selama memimpin LKBN Antara, Mukhlis dipandang sebagai orang yang independen dan kredibel.

Menurut Geis Chalifah, Mukhlis adalah sosok yang konsisten, profesional dan amanah. “Beliau juga mengerti aspirasi kalangan muda dan diterima oleh semua kalangan. Jadi kalau beliau jadi Menpora, saya yakin kasus PSSI langsung selesai,” ungkapnya.

Nama Mukhlis, menurut Geis, tidak saja diakui oleh berbagai kalangan di Indonesia, tapi juga sudah mendunia. Ia mencontohkan, Mukhlis pernah menjadi Presiden Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA) sejak 2007. Di bawah kepemimpinan Muchlis, Organisasi kantor berita dari 33 negara di kawasan Asia Pasifik itu sangat peduli dengan tragedi kemanusiaan. Di bidang olahraga, Mukhlis pernah menjadi pengurus Perbasi Pusat. (put)

Sumber : http://news.okezone.com

TAK MULUK-MULUK TETAPKAN TARGET

National Basketball League 2012-2013

Gugum Rachmat Gumilar

Minggu,  25 November 2012  −  00:33 WIB

Tak muluk-muluk tetapkan target

Sindonews.com – Kejuaraan bola basket tertinggi di tanah air, Speedy National Basketball League (NBL) Indonesia kembai digelar untuk musim kompetisi 2012-2013. Penyelenggara kejuaraan mengklaim hal ini sebagai keberhasilan ditengah terpuruknya prestasi olahraga dalam negeri.

Comissioner NBL sekaligus Direktur PT Deteksi Basket Lintas (DBL) Indonesia Azrul Ananda mengatakan, di awal penyelenggaraan, pihaknya tidak menyangka kompetisi ini bisa bertahan hingga tahun ketiga. Bahkan di setiap musim, NBL selalu menunjukkan peningkatan kualitas kejuaraan.

“Saya tidak menyangka kejuaraan ini bisa survive sampai sejauh ini, bertahan hingga musim ke tiga. Bahkan selama penyelenggaraannya, saya melihat banyak hal yang diluar dugaan. Termasuk kesimpulan bahwa tidak ada liga lain, selain tentunya sepak bola, yang penontonnya bisa seheboh ini. Apa lagi jika melihat penonton di Bandung dan Surabaya, luar biasa. Itu pencapaian di tahun-tahun sebelumnya yang tentu harus kami tingkatkan di penyelenggaraan selanjutnya,” ujarnya.

Meski terus menunjukkan kemajuan di setiap tahun penyelenggaraannya, ujar Azrul, pihaknya tidak menetapkan target tinggi di perhelatan tahun ini. Termasuk dengan pencapaian yang ingin dihasilkan dalam NBL tahun ini. Sebagai langkah awal meningkatkan prestasi bola basket nasional, ajang ini hanya menargetkan tingginya partisipasi masyarakat Indonesia terhadap olahraga basket. Jika keikutsertaan khalayak sudah membludak, ujar Azrul, maka prestasi basket dalam negeri secara otomatis akan meningkat.

“Memang menjadi cita-cita kami agar basket Indonesia bisa menjadi raja di Asia Tenggara, Asia, bahkan dunia. Tapi itu butuh proses. Untuk saat ini, cukup menargetkan bagaimana caranya agar banyak yang nonton basket, termasuk NBL. Sehingga nantinya banyak juga yang bermain baskt. Jika sudah seperti itu, dengan melimpahnya jumlah masyarakat Indonesia, masa tidak ada satu orang saja yang bisa seperti Michael Jordan,” tuturnya.

Azrul mengaku optimistis pamor basket di Indonesia terus meningkat. Terlebih, berbagai kejuaraan olahraga ini selalu mengedepankan profesionalisme. Hal itu merupakan imbas dari minimnya anggaran yang dikucurkan pemerintah untuk berbagai kegiatan bola basket.

“Basket itu semuanya swasta. Mulai dari kejuaraan hingga timnasnya pun dibiayai sendiri, karena tidak ada kucuran dana dari pemerintah. Tapi justru dengan anggaran dari pihak swasta melalui sistem sponsor, semua harus dilakukan dengan profesional. Ini yang membuat bola basket terus meningkat perkembangannya. Bahkan beberapa survey mengatakan, bahwa basket saat ini menjadi olahraga kedua di Indonesia setelah sepakbola. Di tahun-tahun mendatang, bukan tidak mungkin kami menjadi nomor satu di negeri ini,” kata Azrul.

sumber : http://sports.sindonews.com

KENAPA DAHLAN ISKAN PILIH ORANG MUDA?

20.55    

DAHLAN ISKAN, Menteri BUMN,  adalah sosok yang paham betul dengan  regenerasi. Karena itu ia kemudian ia menunjuk Nur Pamudji (50) sebagai direktur baru PLN untuk menggantikannya. 

 

Dahlan Iskan mengaku sulit membedakan antara satu dan lainnya. Pasalnya, antara direksi dan sembilan ini, semuanya penuhi syarat, tapi yang muda, kata Dahlan, yang harus beri kesempatan karena komitmennya yang muda harus tampil.

“Pak Nasri ini kamus PLN, Pak Murtaqi itu Tan Malaka PLN, Pak Hary Jaya, Pak Vickner, Pak Adnyana itu Panglima Cheng Ho, Pak Bagyo, Pak Edi saya kira direktur SDM terbaik di Indonesia, dan Direktur Keuangan tetap pak Dewo, karena dia ahli uang dan dia ahli sikap keuangan” kata Dahlan Iskan, seperti dikutip sejumlah media.

Saking sadar dengan regenerasi. Pada usia 37 tahun Dahlan Iskan sudah berhenti menjadi pemimpin redaksi Jawa Pos. Dan kini Jawa Pos dipimpin Azrul Ananda yang berumur 34 tahun. Ini, kata Dahlan Iskan, agar berganti kepada generasi yang lebih muda.

“Umur 39 tahun saya sudah berhenti menjadi pemimpin umum Jawa Pos. Pak Jakob Oetama terus menjadi pemimpin redaksi dan pemimpin umum Kompas, sampai usia hampir 70 tahun” tulis Dahlan Iskan pada catatannya yang berjudul ‘Hidup Bahagia Jakob Oetama’.

Apa yang dilakukan oleh Dahlan Iskan ini, saya kira patut ditiru. Ini terutama bagi elite-elite parpol besar yang ada saat ini. Berilah kesempatan bagi generasi muda untuk tampil di depan, dan biarlah yang tua-tua tampil di belakang sambil memberikan dorongan: ‘Tut Wuri Handayani’.

Kalau ini dilakukan tentu regenerasi kepemimpinan tidak akan mandek. Sehingga stok calon pemimpin kian melimpah ruah. (*)

Komisioner NBL berharap olahraga Indonesia lekas privatisasi

Sabtu, 12 Januari 2013 05:20 WIB

NBL (istimewa)

Jakarta (ANTARA News) – Komisioner Liga Bola Basket Nasional (NBL), Azrul Ananda mengharapkan dunia olahraga di Indonsia lekas mengalami privatisasi secara meluas dan bukan hanya bola basket.

“Jadi sebenarnya di Indonesia ini kan olahraga itu bisa dibilang campur tangan pemerintah sudah tidak terlalu penting, makanya saya harap ada cara supaya olahraga kita itu cepat lebih banyak diambil alih oleh swasta,” kata Azrul di Jakarta, Jumat (11/1).

Azrul mencontohkan bagaimana kompetisi bola basket yang ia kelola akhirnya menarik perhatian pemerintah dan kemudian otoritas olahraga terkait menawarkan dirinya untuk mengambil alih dan menjalankan liga.

Ia mengatakan, bahwa dalam kompetisi yang ia jalankan bisa dikatakan tidak sedikitpun terdapat campur tangan dari pemerintah.

“NBL Indonesia ini kan nol dari pemerintah, dikelola secara swasta, klub-klubnya juga dikelola secara swasta. Hampir tidak ada uang pemerintah dan kita baik-baik saja,” ujar Azrul

Lebih lanjutan Azrul menyebutkan bahwa dalam olahraga, kucuran dana dari pemerintah untuk bergulirnya liga seharusnya tidak lagi dibutuhkan.

“Yang kita butuhkan dari pemerintah bukan dukungan finansial, tetapi stabilitas, jaminan dan `support` moral sehingga memberi kami ruang cukup untuk bekerja,” ujar dia.

Ia mengharapkan pemerintah melalui otoritas olahraga secara spesifik ataupun Kementerian Pemuda dan Olahraga, tidak mengambil kebijakan yang mempersulit ataupun membebani pihak swasta dalam mengelola olahraga.

Azrul tak berhenti hanya berbicara pada tataran bola basket dan olahraga umum, ia sedikit memberi komentar tentang bagaimana kondisi sepak bola di Indonesia saat ini baik secara kompetisi maupun secara kepengurusan.

Azrul mengatakan bahwa sepak bola pada masanya sempat mengalami privatisasi sebagaimana bola basket saat ini, yaitu di masa Galatama. Lantas, pergeseran dan pembesaran makna sepak bola dalam kehidupan masyarakat ikut mengubah nasib persepakbolaan di Indonesia.

“Tapi kemudian ini menjadi sebuah komoditas politik, dan ini tidak bisa dielakkan. Ada beberapa pemimpin daerah yang saya temui mengatakan sepakbola itu punya peran sebagai kontrol sosial,” kata dia.

Azrul mengakui dapat memahami sudut pandang kontrol sosial tersebut, meskipun kemudian mempertanyakan apa jadinya ketika olahraga dibiarkan menjadi besar dan masih merasakan campur tangan pemerintah.

“Ketika uang pemerintah, yang mungkin kita bisa katakan tak terbatas, bercampur baur dengan olahraga maka mereka tak bisa lagi melihat atap. Pada saat itulah berbondong-bondong orang ingin ikut ke sana, dan `bermain` di dalamnya,” tutur Azrul.

Oleh karena itu, Azrul kembali menawarkan solusi yaitu memprivatisasi pengelolaan sepak bola. Meskipun, ia juga ragu dengan keinginan dan kemauan berbagai pihak yang terlibat dalam sepak bola.

“Kalau sekarang sistem sepak bola mulai dari nol lagi, kita kembangkan lagi dari dasar seperti basket ini, apakah mereka mau susah lagi? Ya pertanyaannya bukan sesusah apa nantinya, tapi apakah mau susah?” kata dia.

“Karena sepak bola ini sudah terlalu tinggi, tuntutan pemainnya sudah terlalu tinggi, tuntutan timnya sudah terlalu tinggi, tuntutan macem-macemnya itu sudah terlalu tinggi. Jadi kalo harus `direset` kembali untuk memulai dari titik yang paling sehat, mau nggak,” ujar dia.

Selain itu, ia bersyukur bahwa dalam dunia bola basket lebih mudah menemukan rekan-rekan swasta yang memiliki kesamaan visi bahkan kesamaan semangat sebagai pemuda.

“Akhirnya enak, kita bekerjasama, kebanyakan swasta, kebanyakan muda-muda lagi, dan kebanyakan tidak berafiliasi dengan pemerintah. Itu advantage basket menurut saya,” ujar dia menutup perbincangan. (G006)
Editor: B Kunto Wibisono

sumber : http://www.antaranews.com