Sepatu Terbaru Kobe Bryant yang Revolusioner

Senin, 15 Desember 2008 , 08:58:00

Main Basket Gaya Sepak Bola

Kobe Bryant (dan Nike) mencoba bikin sensasi. Sepatu baru sang superstar, Zoom Kobe IV, “melanggar” banyak “aturan basket,” rendah dan ringan ala sepatu sepak bola. Kalau Bryant lolos dari cedera engkel, sepatu ini bisa merevolusi industri sepatu basket.

Ulasan Azrul Ananda

TIDAK banyak bintang basket punya signature shoe. Tidak banyak yang punya signature shoe sampai berseri. Mereka yang sudah bertahun-tahun punya sepatu sendiri, biasanya bertahan lama karena memang punya karakter tersendiri.

Sepatu Michael Jordan? Selalu seksi dan inovatif.

Sepatu LeBron James? Selalu besar dan kokoh.

Sepatu Kobe Bryant? Selalu ringan dan lincah.

Karena Michael Jordan sudah lama pensiun, sepatu James dan Bryant merupakan dua “jualan utama” Nike saat ini. Keduanya punya “aliran” yang berbeda, sesuai dengan karakter dan gaya bermain masing-masing di lapangan.

Untuk musim NBA 2008-2009 ini, tampaknya Nike lebih fokus mendorong sepatu Bryant. Zoom Kobe IV, sepatu bintang Los Angeles Lakers itu, pekan lalu diluncurkan secara global, lewat webcast.

Lewat sepatu baru Bryant, Nike memang habis-habisan berinovasi dan berkreasi. Beda dengan sepatu terbaru James (Zoom LeBron VI), yang tampaknya dirancang tampil “aman dan sederhana.”

Lewat sepatu baru Bryant, Nike tampaknya memang ingin “menggoyang” pasar sepatu basket, membelokkan tren ke jalan baru menuju masa depan. Belakangan, penjualan sepatu basket memang tidak sedahsyat dulu. Menurut laporan Sports One Source, pasar sepatu basket di Amerika kini “hanya” USD 2,5 miliar setahun, hanya separo dari angka penjualan sepuluh tahun lalu, saat Michael Jordan masih merajalela.

Apa hebatnya sepatu Bryant? Sepatu itu diklaim sebagai yang paling ringan. Bahkan lebih ringan dari Nike Hyperdunk, sepatu yang dipakai kebanyakan pemain Team USA di Olimpiade Beijing. Bobot Zoom Kobe VI hanya 11,6 ons, sementara Hyperdunk 13 ons. Rata-rata sepatu basket lain di kisaran 15 ons atau lebih berat.

Untuk mencapai bobot seringan itu, Nike memakai teknologi seperti di Hyperdunk. Yaitu menggunakan Vectran, bahan nylon fiber yang tipis tapi kuat untuk membungkus kaki. Sebagai peredam kejut, Nike memakai LunarLitefoam di bagian depan, seperti yang dipakai tempat duduk pesawat luar angkasa NASA.

Namun, ringan bukanlah bahan omongan utama Zoom Kobe IV. Sepatu itu banyak diperdebatkan para penggila sepatu karena desainnya yang low. Tidak “tinggi” menutup engkel seperti kebanyakan sepatu basket.

Memang, sepatu low bukanlah barang baru. Bintang Washington Wizards Gilbert Arenas selalu suka sepatu rendah, dan Adidas telah menyediakan khusus untuknya selama bertahun-tahun. Bintang Phoenix Suns, Steve Nash, juga selalu suka pakai sepatu rendah.

Bedanya, sepatu low ini menghebohkan karena dipakai oleh seorang Kobe Bryant! Selama ini, sepatu low dianggap berbahaya, membuat pemain lebih rawan terkena cedera engkel. Kalau Bryant, yang gaya bermainnya banyak “belok-belok” sampai mau pindah ke low, maka anggapan itu bisa sirna.

Dan Nike mengklaim, Bryant sendiri yang minta sepatu low. Sebagai penggemar sepak bola (dulu besar di Italia), Bryant mengaku kagum melihat para pemain bola bisa mudah “belok-belok” dengan sepatu yang rendah dan ringan. Kalau engkel pemain bola saja tahan, kenapa tidak pemain basket?

Saat meeting, Bryant pun melontarkan tantangan untuk Eric Avar, performance footwear creative director Nike, untuk membuatkan sepatu basket yang rendah dan ringan ala sepatu sepak bola. “Permintaan itu mengagumkan. Ini pemain terbaik di dunia bilang tak butuh perlindungan engkel. Dia ingin membuktikan itu kepada semua pemain lain dan konsumen,” tutur Avar seperti dilansirESPN.

Bryant menegaskan itu. “Saya benar-benar terinspirasi dari menonton sepak bola. Saya berpikir, kalau saya bisa mengurangi bobot sepatu, saya bisa mendapatkan gerakan kaki yang lebih alami, dan itu lebih baik,” ucapnya lewat wawancara bersama CNBC.

Bryant mengaku tak khawatir mengalami cedera engkel. Dia bilang, dia sudah berkali-kali mengalami cedera engkel meski memakai sepatu tinggi. “Saya sudah bermain basket sangat lama. Setiap kali cedera engkel, itu karena saya mendarat di kaki orang lain. Itu namanya nasib buruk,” ucapnya.

Pemain 30 tahun itu mengaku sudah menjajal Zoom Kobe IV saat latihan, dan mengaku kagum dengan kelincahan sepatu tersebut.

Rencananya, Bryant akan menggunakan Zoom Kobe IV dalam pertandingan resmi untuk kali pertama pada 19 Desember nanti, saat melawan Miami Heat. Saat itu, semua orang akan memperhatikan engkelnya. Kalau hari itu dia sampai cedera engkel, penjualan Zoom Kobe IV bisa hancur, dan masa depan sepatu basket jenis low bisa sirna.

Kalau hari itu Bryant “selamat” dan tampil spektakuler, maka dunia sepatu basket bisa berubah total. Bakal makin banyak sepatu low beredar.

Ditanya soal risiko itu, Bryant mengaku percaya 100 persen dengan sepatu barunya. “Saya sangat percaya dengan sepatu ini, saya sangat percaya dengan teknologi di belakang sepatu ini. Saya tidak merasakan beban ekstra. Saya yakin sepatu ini membuat saya lebih cepat, melompat lebih tinggi, karena sepatu ini lebih ringan,” tandasnya.

Catatan tambahan: Selama ini sepatu basket dianggap kurang praktis. Tidak bisa dipakai harian karena berat dan “panas.” Dengan konsep ringan dan lowala Zoom Kobe IV, sepatu basket pun menjadi lebih multiguna. Kalau lebih multiguna, maka mungkin lebih mudah jualannya, dan kelak mungkin sepatu basket kembali merajalela.

Toh, bagaimana pun juga, tujuan utama Nike adalah jualan sepatu… (azrul ananda)

Bangun Pagi ke Wal-Mart, Ternyata Tak Ada Artest

23-Feb-2011

nba-all-star-2011-23feb-christopher-sherly-berburu-artest

Berburu Bintang Lakers di Sekeliling NBA All-Star 2011

Mumpung di Los Angeles, sekadar ikut rangkaian acara resmi NBA All-Star tidaklah cukup. Saat lowong, pasangan bos CLS Knights Christopher Tanuwidjaja dan Sherly Humardani berburu bintang di pelosok kota.

Rangkaian acara resmi NBA All-Star 2011 di Los Angeles sudah sangat padat. Mulai Jumat sampai Minggu, 18–20 Februari, berbagai even dan pesta diselenggarakan untuk memuaskan para penggemar. Apalagi para undangan VIP, rangkaiannya lebih padat.

Meski demikian, masih ada ’’waktu-waktu kosong’’ yang bisa dimanfaatkan untuk mencari keasyikan ekstra. Yaitu, berburu acara penampilan bintang-bintang Los Angeles Lakers, khususnya yang tidak terlibat dalam NBA All-Star 2011 (selain Kobe Bryant dan Pau Gasol).

Di kota besar yang glamor ini, memang ada banyak even yang mendatangkan bintang-bintang NBA, khususnya Lakers. Cara mencarinya ternyata tidak sesulit yang kita bayangkan. Misalnya, yang dilakukan Christopher Tanuwidjaja, bos klub National Basketball League (NBL) Indonesia CLS Knights, bersama istrinya yang mantan pemain nasional, Sherly Humardani.

Sebagai penggemar berat Lakers, Christopher serius mengikuti berbagai ’’siar Twitter’’ selama di Los Angeles. Mencoba ’’menangkap’’ setiap kabar kemunculan bintang-bintang tim favoritnya.

Hasilnya lumayan!

Kamis malam (17/2) sebelum NBA All-Star 2011 dimulai, mereka beranjak menuju Best Buy, sebuah toko elektronik di kawasan barat Los Angeles. Di sana, ada acara jumpa fans yang menampilkan Derek Fisher, point guard senior andalan Lakers. Lumayan, dapat tanda tangan di dua lembar foto.

Minggu siang pukul 13.00 (20/2), hanya beberapa jam sebelum laga puncak NBA All-Star 2011, mereka –mengajak penulis dan Masany Audri dari DBL Indonesia– ngebut menuju gerai Earloomz, produsen bluetooth headset, di kawasan Sherman Oaks.

Di sana, Ron Artest alias Ron-Ron, jagoan defense Lakers, menyapa para penggemar dan melayani permintaan tanda tangan.

Tidak puas antre ’’biasa’’, Christopher dan Sherly sama-sama mampu menjawab pertanyaan kuis, yang membantu mengantarkan mereka ’’lolos’’ ke antrean prioritas yang mendapatkan jaminan tanda tangan.

’’Siapa yang tahu, berapa poin yang saya raih dalam pertandingan terakhir Lakers?’’ tanya Ron Artest, ketika nongol ke luar toko untuk menyapa para penggemar sesaat.

Beberapa orang –termasuk penulis yang bukan penggemar Lakers– gagal menjawabnya. ’’Satu poin!’’ jawab Sherly.

Jawaban itu benar! Dia pun mendapat hadiah bluetooth headset berlogo Lakers gratis. Hadiah yang sama dengan yang didapat Christopher beberapa saat sebelumnya. Setelah antre sebentar, dua headset itu diteken Artest. Berikut jerseydan action figure Artest.

’’Tentu saja saya tahu. Dalam beberapa hari terakhir, pertandingan (kalah melawan Cleveland Cavaliers) itu terus yang diomongkan Christopher,’’ kata Sherly.

Sayang, tidak semua upaya perburuan berhasil. Senin pagi (21/2), sehari setelah laga All-Star, pasangan itu menuju sebuah toko serba ada bernama Wal-Mart di kawasan ’’kelas bawah’’ Crenshaw.

Ternyata, ’’siar Twitter’’ yang mereka dapatkan bohong. Walau sudah lari-lari masuk ke Wal-Mart, ternyata tidak ada Artest sama sekali di situ!

Tapi, tidak apa-apa, pengalaman itu dianggap saja sebagai sebuah ’’kelucuan’’. Toh, sepanjang akhir pekan NBA All-Star, sebagai tamu VIP bersama DBL dan NBL Indonesia, mereka sudah mendapat puluhan foto bareng dan tanda tangan dari bintang-bintang NBA.

Baik sejumlah bintang aktif seperti Deron Williams, Al Horford, Amare Stoudemire, Brandon Jennings, Yi Jianlian, Andre Iguodala, dan Kevin Love. Hingga para legenda seperti Clyde Drexler, Dominique Wilkins, dan mantan bintang Lakers, Robert Horry. Seru! (azrul ananda)

Menjadi Tamu VIP di NBA All-Star 2011 di Los Angeles (3-Habis)

RABU, 23 FEBRUARI 2011

EMPAT HEKTARE PENUH ATRAKSI BASKET DI JAM SESSION

013801_679402_Boks_NBA_dalam

Staples Center bukan satu-satunya tempat penuh aksi di NBA All-Star 2011. Los Angeles Convention Center pun disulap jadi theme park temporer pesaing Disneyland. Berikut catatan AZRUL ANANDA.
Pergi ke kawasan Los Angeles? Tidak lengkap kalau belum mampir ke Disneyland atau Universal Studios, atau theme park-theme park lain yang bertebaran di wilayah selatan negara bagian California tersebut.
Masalahnya, kalau datang hanya satu akhir pekan demi NBA All-Star 2011 di Los Angeles, kita mungkin tidak punya waktu untuk mengunjungi tempat-tempat lain. Selama tiga –atau empat hari– waktu kita mungkin sudah habis di radius 1-2 kilometer di downtown Los Angeles.

Jumat-Sabtu-Minggu, 18-20 Februari, mulai sore sampai malam pasti habis di Staples Center, tempat diselenggarakannya even-even utama NBA All-Star 2011. Pagi sampai siangnya? Mungkin sudah habis untuk menikmati atraksi-atraksi lain yang berkaitan dengan NBA All-Star 2011. Selama akhir pekan ini, sejumlah show dan party yang berkaitan dengan NBA All-Star memang meramaikan downtown Los Angeles.
Tapi yang paling seru, dan paling menghabiskan waktu kalau memang kita mau, ada di Los Angeles Convention Center (LACC). Sebuah ruang ekshibisi raksasa yang letaknya bersebelahan dengan Staples Center.

Dan kalau mau, dari pagi sampai malam, bisa menghabiskan waktu di LACC selama empat hari, dari Jumat sampai Senin (18-21 Februari).

Ada apa di sana? Selama empat hari, LACC digunakan untuk NBA Jam Session. Apa itu? Pada dasarnya, selama empat hari, LACC disulap menjadi sebuah theme park a la Disneyland atau Universal Studios. Bedanya, kalau Disneyland untuk kartun dan Universal untuk film, maka NBA Jam Session adalah untuk basket.

Memang, Jam Session tidak secanggih Disneyland atau Universal, karena bersifat temporer. Tapi, di sana orang tetap bisa bersenang-senang. Bagi warga Los Angeles, mungkin ini adalah atraksi alternatif yang seru, yang belum tentu datang ke kota itu sekali dalam sepuluh tahun.

Sejak 1992, Jam Session memang selalu mengiringi kehebohan NBA All-Star, di mana pun even itu berkunjung. Dengan demikian, mereka (mayoritas) penggemar yang tidak bisa (atau tidak mampu) membeli tiket nonton All-Star tetap bisa menikmati kehebohannya.
***
Berkunjung ke Jam Session, kita harus sama siapnya dengan ketika berkunjung ke Disneyland atau Universal Studios. Bagi penggemar basket –khususnya NBA– di Indonesia, contoh “mini”-nya ada. Yaitu NBA Madness, yang sudah diselenggarakan Jawa Pos Group dan DBL Indonesia (pengelola Development Basketball League dan National Basketball League Indonesia) pada 2009 dan 2010.

Bila NBA Madness diselenggarakan di atrium mal-mal, yang biasanya hanya cukup untuk menampung satu “setengah lapangan basket” plus berbagai booth sponsor, maka Jam Session ini ratusan kali lebih besar.

Tepatnya seluas empat hektare! Ya, empat hektare!

Meski superluas, menikmatinya tetap butuh perjuangan hebat. Sebab, antrean sudah akan didapat dari pintu masuk Los Angeles Convention Center sampai hampir semua “wahana” di dalam Jam Session.

Padahal, untuk masuk tidaklah gratis. Harga tiket per harinya di kisaran USD 30 atau sekitar Rp 270 ribu. Enaknya jadi tamu VIP NBA sepanjang ajang NBA All-Star, rombongan DBL dan NBL Indonesia bukan hanya dapat fasilitas keluar-masuk gratis, tapi juga bebas antrean lewat pintu ekspres.

Begitu masuk –dan melewati berbagai pemeriksaan sekuriti– suasana langsung terasa heboh. Ada “lorong” besar berdinding kain bergambarkan bintang-bintang NBA All-Star 2011. Di tengahnya, ada jalur berjalan ala karpet merah, tapi berupa jalur bercorak kayu khas lapangan basket.

Di kanan-kirinya pun ada “penyambutan.” Kalau bintang Hollywood disambut jepretan banyak fotografer, kalau pengunjung Jam Session disambut puluhan staf even yang menepuk-nepukkan balon tongkat (clapper) khas penonton basket. Tidak jarang mereka mengajak pengunjung toast. Bagi penonton, rasanya pun seperti jadi pemain basket yang akan masuk ke lapangan dan disambut oleh para penonton!

Di dalam, tinggal pilih mau ke “wahana” mana. Total, ada tujuh lapangan penuh temporer untuk berbagai permainan. Mulai 3-on-3, laga-laga ekshibisi komunitas, dan lain-lain. Yang utama disebut Center Court, yang mungkin lebih tepat disebut sebagai stadion temporer. Sebab, bukan hanya lapangan yang terpasang. Di sekelilingnya ada pula tribun tiga sisi berkapasitas sekitar 2.000 orang. Di salah satu sisi, ada pula dua layar LED besar, plus scoreboard besar di tengah-tengahnya. Selain itu ada pula tujuh “setengah lapangan” bertebaran, untuk keperluan sponsor, klinik basket anak-anak, dan lain-lain.

Bagi yang gila merchandise, di tengah-tengah LACC ada NBA Store. Kalau lagi ramai-ramainya, untuk masuk toko superluas itu perlu antre. Ketika mau bayar, juga harus ada antrean menuju kasir. Padahal, jumlah kasirnya belasan!

Setiap hari, ada sejumlah pemain atau mantan pemain NBA hadir. Termasuk untuk duduk di kawasan khusus, melayani permintaan tanda tangan para penggemar.
***
NBA All-Star 2011 mungkin bisa dibilang sukses besar. Paling tidak dalam menyedot perhatian, baik di Amerika Serikat sendiri maupun di dunia. Rating televisi kontes slam dunk hari Sabtu (19/2) disebut gila-gilaan. Di AS, ditonton sampai 8,1 juta orang, tertinggi dalam 26 tahun sejarah penyelenggaraan.

Blake Griffin, bintang muda Los Angeles Clippers yang memenangi kontes slam dunk setelah melompati sebuah mobil, instan jadi superstar dunia. “Bau-bau” kontes itu sudah di-setting semakin kentara ketika kita melihat toko merchandise utama di Staples Center hari Minggu (20/2), sebelum laga puncak NBA All-Star.

Di pintu masuk LA Team Store, sudah terpampang t-shirt merah bergambarkan Blake Griffin, bertuliskan “Slam Dunk Champion.” Kata seorang staf NBA, kaus itu bahkan sudah dijual Sabtu malam lalu, tidak lama setelah Griffin dinobatkan sebagai pemenang.
Sudah disiapkan Griffin bakal menang? Entahlah. Tapi kalau pun iya, saya tidak komplain, karena kontes Sabtu itu benar-benar menghibur. Dan inti akhir pekan ini memang bukan persaingan yang sehat, melainkan tingkat keasyikan yang harus setinggi mungkin.

Hari Minggu itu, suasana ramai luar biasa. Sebagai tamu VIP NBA, saya dan teman-teman dari DBL dan NBL Indonesia dapat fasilitas ekstra sebelum acara dimulai pukul 17.00 waktu setempat. Kami diajak turun ke lapangan, ditunjukkan kesibukan di balik layar, lalu berfoto di lapangan hanya beberapa menit sebelum acara berlangsung.
Bukan sekadar foto biasa, NBA juga menyiapkan seorang “Legend” (mantan bintang) untuk pose bersama kami (dan sejumlah tamu VIP lain). Dia adalah AC Green, mantan bintang Los Angeles Lakers.

Dalam tur singkat itu, sejumlah bintang besar lain kami jumpai. Seperti David “The Admiral” Robinson, mantan center andalan San Antonio Spurs yang pernah masuk daftar 50 pemain terbaik dalam sejarah. Di “balik layar,” juga bertemu head coach Boston Celtics, Doc Rivers, sedang berbincang dengan head coach Los Angeles Clippers, Vinny del Negro.

Fasilitas ekstra lain yang kami dapat: Lagi-lagi party. Di ajang ini, memang ada banyak sekali pesta untuk para partner dan undangan VIP. Minggu malam setelah laga All-Star, mereka yang dapat undangan khusus diajak menyeberang jalan. Di depan Staples Center, jalan Figueroa memang diblokir, dan kawasan restoran di sekitar situ juga ditutup. Di sana dipasang tenda besar, di dalamnya ada panggung untuk menghibur para tamu.
Beberapa selebriti yang nongol di laga All-Star ikut hadir di situ. Antara lain penyanyi legendaris yang tunanetra, Stevie Wonder.

Soal berlangsungnya laga NBA All-Star sendiri mungkin tak perlu terlalu banyak dibahas di sini. Tim wilayah barat (West) menang, dan bintang tuan rumah dari Los Angeles Lakers, Kobe Bryant, terpilih sebagai Most Valuable Player (MVP) setelah mencetak 37 poin.
Meski demikian, tongkat estafet popularitas agak-agaknya sudah terjadi di Los Angeles. Kobe Bryant mungkin masih bintang paling top, tapi dia sudah sangat disaingi oleh Blake Griffin. Buktinya, saat laga All-Star, para penonton bersama meneriakkan “We want Blake! We want Blake!” ketika pemain Clippers itu duduk di bangku cadangan.
Begitu Griffin masuk lapangan, sorakan hebat pun menyertainya.

Tahun depan, NBA All-Star pindah ke pantai timur Amerika, ke kota Orlando. Apakah bisa menyaingi NBA All-Star 2011 di Los Angeles ini? Tampaknya itu bakal menjadi sebuah tantangan hebat…

Tamu VIP NBA All-Star 2011 di Los Angeles

Senin, 21 Februari 2011 , 10:07:00

Catatan Azrul Ananda, Tamu VIP NBA All-Star 2011 di Los Angeles
Ada My Giant di Pesta Terbaik untuk Tiongkok

NBA All-Star 2011 seperti jadi ajang promosi Blake Griffin, bintang muda Los Angeles Clippers. Berikut catatan AZRUL ANANDA, yang bersama rombongan DBL dan NBL Indonesia menjadi tamu VIP di Los Angeles.

PUNCAK NBA All-Star 2011, menurut jadwal, adalah laga bintang pilihan pada hari Minggu (20/2, Senin pagi ini WIB). Itu menurut jadwal panitia. Bagi kebanyakan penggemar beratliga basket tersebut, puncak NBA All-Star mungkin adalah Sabtu malam (kemarin WIB), dengan diselenggarakannya berbagai kontes seru.

Termasuk di antaranya Slam Dunk Contest. Malam itu, satu nama mengukuhkan diri sebagai superstar terbaru di NBA. Dia adalah Blake Griffin, bintang pendatang baru yang membela Los Angeles Clippers.

Dia menjadi jawara Slam Dunk Contest, setelah menguncinya lewat aksi spektakuler, melompati sebuah mobil.

Bagi penggemar “biasa,” nama Griffin mungkin belum terlalu familier. Dia sebenarnya sudah dipilih masuk NBA pada 2009, tapi harus absen pada musim 2009-2010 karena cedera lutut. Pada musim 2010-2011 ini, dia masih berstatus rookie (pendatang baru), tapi langsung “meledak” mencuri sorotan.

Sejak game pertama musim ini, Griffin sudah memukau banyak orang dengan aksi-aksi slam dunk-nya yang garang dan akrobatik. Tinggi badannya boleh 211 cm dengan badan tebal, tapi gerakannya sangat lincah dan indah. Performa Clippers pun terus membaik dan akhirnya mampu menyaingi tim tetangga, Los Angeles Lakers, dalam hal sorotan dan penonton.

Gara-gara aksinya itu, Griffin dapat kesempatan jadi atraksi utama di NBA All-Star 2011. Jumat lalu (18/2), dia sudah berkiprah di Rookie Challenge, laga khusus tim pendatang baru menantang tim Sophomore (para pemain tahun kedua di NBA).

Saat itu Griffin tak bermain terlalu banyak. Dan itu justru menunjukkan betapa populernya pemain 21 tahun tersebut.(*)

Tiket Termurah Melonjak Jadi Rp 5 Juta per Lembar

Menjadi Tamu VIP di NBA All-Star 2011 di Los Angeles (1)

Minggu, 20 Februari 2011 , 08:05:00

131832_735777_justin_bieber

Rombongan DBL dan NBL Indonesia dapat kesempatan supereksklusif akhir pekan ini. Menjadi tamu VIP di NBA All-Star 2011 di Los Angeles. Berikut catatan AZRUL ANANDA dari ibu kota entertainment dunia itu.

“Ayo Azrul, datang ke NBA All-Star. Pasti bakal luar biasa!”Ajakan itu sudah berkali-kali disampaikan pihak National Basketball Association (NBA), liga basket paling bergengsi di dunia, dalam beberapa tahun terakhir.  Tepatnya sejak PT Deteksi Basket Lintas Indonesia (DBL Indonesia) dan Jawa Pos Group, pengelola liga pelajar Development Basketball League (DBL) dan liga profesional National Basketball League (NBL) Indonesia, menjadi partner NBA dalam menyelenggarakan even-evennya di Indonesia.

Tentu saja, saya sangat-sangat ingin untuk datang ke even tersebut. Sejak belum gemar basket dulu, salah satu keinginan saya memang nonton laga NBA All-Star, yang selalu diselenggarakan di tengah-tengah musim liga tersebut.

Paling kepengin sebenarnya pada 2010 lalu, ketika laga bintang itu diselenggarakan di stadion football raksasa (berkapasitas lebih dari 100 ribu orang) di Dallas, negara bagian Texas. Sayang, even itu diselenggarakan di bulan Februari. Dan sebenarnya, setiap tahun even All-Star hampir selalu diselenggarakan di bulan Februari.

Mengapa sayang” Karena Februari itu bulan-bulan paling sibuk di Indonesia. Liga pelajar Honda DBL selalu ramai-ramainya diselenggarakan di berbagai penjuru Indonesia. Dan tahun ini sebenarnya lebih sibuk lagi, karena persaingan klub-klub NBL Indonesia sedang panas-panasnya di bulan Februari. Seri Jakarta diselenggarakan 5-13 Februari lalu, menentukan posisi playoff bulan Maret nanti.

Karena Februari itulah, dalam beberapa tahun terakhir saya “dan teman-teman DBL Indonesia– tidak bisa memenuhi undangan tersebut. Meskipun selalu menolak dengan berat hati, karena undangan itu selalu dibarengi dengan acara-acara supereksklusif, menawarkan pengalaman yang sangat sulit dirasakan kebanyakan orang.

Tahun 2011 ini, saya memutuskan untuk berangkat. Penasaran ini menumpuk terlalu lama. Selain itu, tahun ini even diselenggarakan di Los Angeles. Dari Indonesia tidak butuh perjalanan “terlalu jauh.” Minimal tiba di Amerika tidak perlu lagi naik penerbangan domestik yang jauh ke kota selanjutnya. Selain itu, Los Angeles adalah ibu kota entertainment dunia. Pasti menawarkan kemasan yang tiada duanya! Lumayan untuk belajar”

Even NBA All-Star 2011 di Los Angeles ini mungkin yang paling ribet yang pernah diselenggarakan NBA. Acara-acara utamanya sebenarnya relatif standar, berlangsung tiga hari seperti All-Star sebelumnya (tahun ini 18-20 Februari).

Jumat ada Celebrity Game, di mana bintang-bintang entertainment bermain basket. Tahun ini bintang utamanya adalah Justin Bieber. Lalu ada Rookie Challenge, laga tradisional yang mempertemukan para pendatang baru (rookie) terbaik melawan para pemain tahun kedua terbaik (sophomore).

Sabtu adalah NBA All-Star Saturday Night, berisikan kontes-kontes kemampuan dahsyat. Termasuk tembakan tiga angka, skills, dan “yang utama– slam dunk. Tahun ini, bintang muda Los Angeles Clippers jadi suguhan utama Saturday Night. Di ajang slam dunk, bocorannya dia akan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Saya tidak boleh bilang itu apa, tapi yang jelas dia akan melompati sesuatu yang “besar.”

Minggu adalah puncak acara, laga All-Star mempertemukan tim bintang-bintang East (wilayah timur) dan West (wilayah barat). Meski acara utama “standar,” tapi lain-lainnya paling ribet. Karena di Los Angeles, minat orang untuk datang luar biasa besar. “Kami kedatangan tamu lebih banyak di sini. Datang dari lebih banyak negara, dari yang pernah kami terima sebelumnya,” kata Ed Winkle, senior director business development dan marketing partnership NBA Asia.

Bagi NBA, even All-Star memang lebih berfungsi untuk mempertemukan seluruh partner-nya dari berbagai penjuru dunia. Selain itu, juga untuk mempertemukan seluruh personelnya, yang kini bermarkas di berbagai benua di dunia. Data yang ada memang gila-gilaan. Untuk staf dan tamu-tamunya, NBA mem-booking tidak kurang dari 20 ribu room nights (jumlah kamar kali jumlah malam) sepanjang akhir pekan ini di kawasan Los Angeles.

Asal tahu saja, praktis tiket All-Star tidaklah dijual. Karena untuk undangan-undangan saja sudah hampir memenuhi Staples Center di downtown Los Angeles, yang kapasitasnya di kisaran 20 ribu orang. Menurut Winkle, acara ini terasa lebih “manusiawi” ketika diselenggarakan di stadion football di Dallas tahun lalu. Karena kapasitasnya lebih dari 100 ribu orang, maka masyarakat umum pun bisa membeli tiket dan datang menonton.

Karena tiket yang dijual ke publik sangat terbatas, harganya pun jadi gila-gilaan. Terakhir saya cek di secondary market (tangan kedua atau online), tiket termurah di barisan atas sudah mencapai USD 600 per lembar. Alias lebih dari Rp 5 juta per lembar!

Barisan-barisan terdepan, seperti yang disediakan NBA untuk rombongan DBL dan NBL Indonesia, harganya sudah melonjak hingga Rp 50 juta per lembar! Itu hanya untuk laga All-Star hari Minggu (20/2). Tidak termasuk Saturday Night dan lain-lain! Sebagai tamu VIP NBA, rombongan DBL dan NBL Indonesia dapat rangkaian program priceless dan unforgettable. Jumat lalu (18/2, Sabtu WIB), kami langsung menjalani program-program ekstra yang seru itu.

Di Staples Center, sebelum laga Rookie Challenge, kami diajak ikut sesi foto resmi eksklusif. Pose bareng tim rookie komplet, yang tahun ini dibintangi Blake Griffin (Los Angeles Clippers) dan John Wall (Washington Wizards). Difoto oleh fotografer resmi NBA, dan hasil jepretannya langsung diberikan tidak lama kemudian.

Kelompok rookie musim 2010-2011 ini akan sangat bersejarah. Blake Griffin punya potensi jadi salah satu bintang terbesar NBA. John Wall juga punya peluang jadi salah satu point guard terbaik di NBA. Ada pula DeMarcus Cousins, rookie Sacramento Kings yang punya potensi segudang. Begitu pula Derrick Favors dari New Jersey Nets.

Foto itu tidak akan saya biarkan hilang! Karena bisa jadi bagian dari sejarah penting NBA.Setelah sesi foto resmi, kami naik ke atas, ke San Manuel Club. Sebuah lounge VIP di Staples Center, dengan balkon menghadap ke lapangan utama. Di situ kami mengikuti Partner Welcome Reception. Menurut NBA, ini acara paling eksklusif untuk para undangannya selama NBA All-Star 2011.

“Ada 34 bintang yang hadir di acara ini. Kalian sudah bertemu dengan semuanya?” tanya Scott Levy, pimpinan utama NBA Asia, kepada kami di acara tersebut.Bintang-bintangnya memang luar biasa banyak. Mulai para All-Star, antara lain Deron Williams (Utah Jazz), Kevin Love (Minnesota Timberwolves), dan Al Horford (Atlanta Hawks). Bintang-bintang aktif lain seperti Tony Parker (San Antonio Spurs), Baron Davis (Los Angeles Clippers), Andre Iguodala (Philadelphia 76ers), serta para mantan bintang seperti Robert Horry, BJ Armstrong, Dominique Wilkins, Clyde Drexler, George Gervin, Brian Grant, dan lain-lain.

Bagi kami dari Indonesia, wajah familiar antara lain Sam Perkins, yang pernah hadir di launching NBL Indonesia di Jakarta pada Mei 2010. Juga Detlef Schrempf, yang ikut melatih bintang-bintang muda NBL Indonesia di Indonesia Development Camp 2010 di Bandung.Ada pula beberapa pelatih kondang: Lenny Wilkens, Del Harris, dan lain-lain. Plus bintang atau legenda liga perempuan WNBA, Lisa Leslie dan Marion Jones (mantan superstar atletik yang kini bermain di WNBA).

Tidak ketinggalan bos nomor satu NBA: Sang commissioner, David Stern.Di acara itu kami pun tak sempat kenyang makan, tapi kenyang foto-foto dan berburu tanda tangan. Pertandingan Rookie Challenge di lapangan pun jadi sama sekali tidak terperhatikan!

Buat saya, tanda tangan paling seru didapat dari Robert Horry. Untuk alasan yang sebenarnya cukup menyakitkan. Pada final wilayah barat 2002, Horry bermain untuk Los Angeles Lakers bersama Kobe Bryant dan Shaquille O”Neal. Melawan tim favorit saya, Sacramento Kings, yang waktu itu memiliki rekor terbaik NBA berkat kekompakan Mike Bibby, Chris Webber, Vlade Divac, dan lain-lain.

Pada detik-detik akhir menentukan, Horry memasukkan tembakan tiga angka yang membuat Kings kalah (dan kemudian gagal masuk final NBA).Tembakan itu “dibenci setengah mati” oleh seluruh penggemar Kings (dan pada 2002 itu termasuk di dalamnya kebanyakan penggemar kasual NBA). Tidak percaya” Google saja informasinya. Pada lembar All-Star yang Horry tandatangani, saya meminta dia untuk menuliskan kalimat “Sorry Kings fans.” Setelah tertawa, dia pun dengan senang hati menuliskannya”

Habis party di Staples Center, ada satu acara lagi yang diselenggarakan NBA dan terbuka untuk kami. Apa itu” Party lagi!Mulai pukul 20.00 Jumat malam itu, ada NBA All-Star Tip-Off Reception di salah satu ballroom terbesar di Hyatt Century Plaza. Pesta yang ini lebih mewah, dengan panggung, band komplet, dan makanan serta sarana penghibur lain.

Untuk para tamu VIP, NBA sudah menyiapkan sejumlah shuttle bus dari Staples Center menuju Hyatt Century Plaza (sekitar setengah jam perjalanan).Kami baru tiba di Hyatt Century Plaza sekitar pukul 21.30. Cukup lelah (dan masih jet lag karena baru dua hari tiba dari Indonesia), kami memutuskan balik ke hotel lebih dini. Apalagi saya juga harus menyelesaikan tulisan ini, dan berbagi tugas dengan Rocky Padila, kontributor Jawa Pos Group yang meliput langsung berbagai kegiatan di Staples Center.

Malam itu, saya pun terpaksa membatalkan satu lagi undangan party bersama sebuah asosiasi pemain legenda NBA, di hotel lain lagi di Los Angeles. NBA All-Star memang sebuah pesta yang gila-gilaan. Dan yang diceritakan panjang di tulisan ini baru menggambarkan secuilnya. Ikuti saja terus ulasannya” (bersambung)